Pemilukada Sibolga Berbuah Ricuh

12 Mei 2010 adalah pelaksanaan pemilukada sibolga. Ada 5 (lima) pasangan calong walikota dan wakil walikota sibolga yang akan dipilih oleh masyarakat sibolga dengan jumlah pemilih yang terdaftar di DPT sebanyak 65.517 orang. Kelima pasangan calon tersebut masing-masing sesuai dengan nomor urutnya adalah:

1. Wilpren-Hazmi.
2. Syarfi-Marudut.
3. Afifi-Halomoan.
4. Hotman-Syahril.
5. RH. Sianturi-ulam.

Sebanyak 183 TPS disediakan agar masyarakat dapat memberikan hak suaranya. Selama berlangsungnya proses pemilihan sejak pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 13.00 wib hingga proses perhitungan suara berlangsung aman.

Usai perhitungan suara di semua TPS, melalui hitung cepat oleh salah satu Tim sukses pasangan calon diperoleh hasil sebagai berikut:
jumlah suara sah sebanyak 44.295 dengan perolehan suara masing-masing nomor urut yaitu:
no 1 : 522 suara.
no 2 : 20.498 suara.
no 3 : 18.217 suara.
no 4 : 394 suara.
no 5 : 4664 suara.

Sementara itu ada beberapa pengakuang warga tentang kecurangan yang terjadi :
1. Belum dibersihkannya semua alat peraga kampanye hingga masa pemilihan.
2. Adanya pembagian uang(money politik) kepada masyarakat dengan syarat memilih salah satu pasangan calon.
3. Terjadinya pengelembungan daftar pemilih.
4. Pembagian beras oleh salah satu tim sukses pasangan calon dengan dalil pasar murah padahal harganya jauh di bawah harga pasar murah pada umumnya yakni Rp.5000/6 liter dan di beberapa lokasi diberikan secara gratis dengan mengarahkan warga untuk memilih salah satu pasangan calon.
5. Dibeberapa TPS warga menangkap adanya seseorang yang berulang kali memilih di TPS yang berbeda.

Kesalahan-kesalahan tersebut dilaporkan oleh warga ke Panwaslu Kota Sibolga namun laporan tersebut sampai saat ini belum mendapatkan tanggapan.

Akibat hal tersebut pada 13 Mei 2010 masyarakat melakukan aksi dikantor Panwaslu Kota Sibolga dengan tuntutan agar Panwaslu melakukan tindakan atas kecurangan tersebut. Pada saat aksi masyarakat gagal bertemu dengan ketua panwaslu sebab yang bersangkutan tidak ada dilokasi.


Jumat (15/05), akibat tidak ditindaknya laporan kecurangan yang terjadi, masyarakat secara spontan melakukan aksi demonstrasi yang diawali dengan berkumpul di kantor kecamatan Sibolga Selatan. Pada saat aksi tiba-tiba masyarakat mengamuk dan melempari kantor kecamatan dengan batu bahkan merusak pagar dengan tujuan berusah masuk untuk mengambil kotak suara. Namun hal itu dapat diatasi oleh pihak kepolisian. Tidak puas sampai disitu masyarakat kemudian membakar ban sehingga di sekitar kantor kecamatan tersebut penuh dengan kepulan asap. Hingga pukul 18.00 wib massa belum juga membubarkan diri meskipun diguyur dengan derasnya hujan dengan alasan agar kotak suara tidak boleh dibawa keluar dari kantor kecamatan. Camat sibolga selatan juga jadi bulan-bulanan massa sehingga camat tersebut tidak berani keluar dari kantor. Hal itu dilakukan masyarakat karena yang bersangkutan merupakan pendukung salah satu pasangan calon. Padahal sesuai dengan aturan PNS harus bersifat netral.


Diwaktu yang sama dikantor kecamatan sibolga sambas masyarakat juga berkerumun dan melakukan hal yang sama yakni membakar ban dan melempari kantor kecamatan. Kantor kecamatan sibolga sambas tersebut telah dikosongkan dari pegawai-pegawainya sebelumnya hanya tinggal kotak suara yang berada didalam. Sekitar pukul 16.00 Wib Komandan Kodim 0211 sibolga/tapteng bersama beberapa aparat TNI dengan berpakaian biasa datang menemui kerumunan massa dan menjamin bahwa kotak suara akan aman. Jaminan yang diberikan membuat masyarakat membubarkan diri ditambah juga guyuran hujan yang semakin deras.

Aksi yang lebih anarkis justru terjadi di kantor Kecamatan sibolga utara. Kekurangan personil kepolisian membuat warga dengan mudah melakukan tindakan. Kotak suara yang hendak dibawa ke KPUD Sibolga berhasil direbut oleh warga dan dibawa lari dan puluhan kertas suara yang jatuh dari kotak suara berserakan di jalan sekitar kantor kecamatan tersebut. Akibat tindakan masyarakat itu polisi mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak 3(tiga) kali untuk membubarkan massa. Tindakan tersebut memang berhasil membubarkan massa. Tetapi kotak suara yang diambil massa tidak berhasil direbut kembali oleh polisi.
Hingga malam hari masyarakat masih tetap berkerumun di beberapa lokasi antara lain di jalan elang dan di jalan jati. Sementara itu massa dikantor kecamatan sibolga selatan tak urung berkurang sehingga polisi bertindak brutal dengan menyuruh paksa warga masuk kerumah. Kotak suara dari kecamatan sibolga selatan dibawa oleh polisi ke KPUD sibolga dengan berjalan kaki. Akibatnya massa mengamuk dan kembali merusak fasilitas umum.

Pukul 21.49 warga merusak seluruh kantor kecamatan sibolga sambas dan kantor kelurahan yang berketepatan bersebelahan.

Dilain tempat,kotak suara yang berada dikantor kecamatan sibolga kota di amankan kekantor Polresta Sibolga dengan berjalan kaki dan dikawal 20 orang aparat TNI-AD dan 1 kompi polisi.

7 Komentar

  1. ricuh lagi ricuh lagi :(
    kapan yah kita bisa damai, nyaman, aman...
    keknya hanya mimpi, :(

    BalasHapus
  2. Gaya bana,.,.,.,.,

    BalasHapus
  3. Yah itulah figur pemimpin kita tak ada yang damai, tidak pake otak belum mikir dulu langsung saja main hakim sendiri

    BalasHapus
  4. disno mardono ht.barat13 Juni, 2010 09:10

    aq heran lihat kalian semua terus ada keruhan seharusnya kalian sam2lah membangun kota sibolga itu'

    BalasHapus
  5. @riki : tenang ki
    @eko : gak ikut anak kwarcab
    @ ina : kita juga sama-sama menantikan kedamaian
    @ mangatas ; dak juo bah
    @ hiabrother : bukan pemimpinnya yang salah, tapi itu bentuk aksi sontanitas masyarakat.
    disno: karena adayang salah makanya begitu,tujuannya juga ingin membangun kota sibolga

    BalasHapus
  6. kala afifi kalian itu.. mampus kalian..
    sok2 mau demonstrasi,,... gk siap nrima kekalahan jgn ikut pemilu...

    Liat BANG SYArFI - MARUDUT...
    DIAM TAK BERARTI BaNCI.........

    BalasHapus
  7. @anonim: kenapa jadi mampus? dalam proses berdemokrasi segalanya mungkin terjadi. demontrasi kemarin bukan bentuk ketidaksiapan menerima kekalahan.tetapi bentuk protes atas penzoliman demokrasi di kota sibolga. buktinya setelah pada putusan MK. semua orang menerima dan tidak ribut. itu terlihat dari lancarnya proses pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Sibolga.

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentar