Pergerakan Tidak Bisa Berhenti Karena Keterbatasan Fisik

Saya mengenalmu tahun 2008 yang lalu, saat pertama sekali bergabung di GMNI di arena PPAB. Lalu berlanjut dalam berbagai pertemuan-pertemuan organisasi. Hingga saat Konfercab GMNI Nias ke-2, kita bersama-sama memimpin sidang yang kelak menghasilkan kepengurusan baru di tubuh GMNI Nias saat itu.

Selanjutnya, kita sering berdiskusi hingga larut menjelang pagi. Siapa pun mungkin bisa sepertimu dalam hal kualitas dan isi-isi pemikiran. Namun satu hal yang membuatmu berbeda dari mereka di dalam dunia pergerakan, yakni keterbatasan fisik, lantas tidak membuatmu untuk berhenti bergerak.

Dalam ceritamu, masa-masa pergerakan yang kamu jalani sering sekali membuat rekan-rekanmu kuatir akan kemampuan fisikmu. Namun kamu menunjukkan pada mereka bahwa tidak ada satu hal apapun yang dapat menghentikan pergerakan. Meski fisik itu sendiri sedang lemah.

Dalam keterbatasan itu, selain tenaga dan pikiran, materi pun turut kamu korbankan demi sebuah kehidupan pergerakan. Siapapun yang mengenalmu pasti menyadari itu.

Totalitasmu memang tidak bisa diukur dengan melihat fisikmu. Semenjak dirimu bekerja di pemerintahan, kita jarang bertemu, meski masih beberapa kali bertemu, hanya sekedar bercerita atau bertukar pikiran sebentar. 

Namun satu hal yang ku ingat, ketika pertemuan di ruang pameran museum. Saat itu dirimu sedang menemani tamu daerah. Untuk melihat koleksi museum pusaka nias. Saat itu kamu berkata, "pekerjaan itu harus totalitas".

Ketotalitasanmu terlihat, saat orang lain mencari-cari jabatan atau mempertahankan jabatannya, sementara dirimu dilantik pada sebuah jabatan yang kamu peroleh dengan kerja kerasmu.

Dalam sanubarimu, dalam setiap kata-katamu, dalam setiap impianmu, mewujudkan Sosialisme Indonesia adalah keinginanmu. Sebuah ideologi yang dilahirkan tokoh besar direpublik indonesia ini, yakni Soekarno.

Jalan cerita Perjuangan dan pergerakanmu serta totalitasmu. Seharusnya bisa menginspirasi siapapun. Terutama bagi mereka yang selalu mengeluh, mengumpat atau mencaci. Karena dirimu telah memperlihatkan bahwa tidak ada keterbatasan dalam pergerakan. Karena pergerakan itu adalah bergerak.

Bahkan belakangan kami pun mendengar bahwa dirimu sedang mengalami sebuah sakit. Tapi ketegaranmu yang luar biasa, tidak menunjukkan bahwa engkau seperti sedang sakit. Di media sosial, dirimu masih sering memperlihatkan wajah dengan senyum khasmu seperti tanpa beban apapun, yang mungkin tidak semua orang mampu melakukannya.

Hari ini, kami mendengar kabar, bahwa dirimu pergi untuk selamanya. Pergi menemui sang khalik yang maha kuasa dan maha pencipta. Kami semua berduka, seorang teman, abangan dan guru pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. 

Cerita-ceritamu, kisah-kisahmu yang berharga akan selalu menginspirasi kehidupan kami. Engkau teman, abang, guru yang penuh dengan berbagai cerita dan cita-cita pergerakan. Bagimu sosialisme indonesia bukanlah hanya sebuah mimpi, tapi sesuatu yang harus diwujudnyatakan demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Beristirahatlah dengan tenang, dukaku yang mendalam untukmu bang Kurniawan Harefa.

Gunungsitoli, 27 April 2019

1 Komentar

  1. Turut berduka cita atas perginya sosok inspiratif, temannya Bg Andi

    BalasHapus

Silakan Tinggalkan Komentar