Bagi siapa saja yang aktif di media sosial, mungkin tidak asing bagi kedua nama ini yakni,Denny Siregar dan Jonru Ginting. Dua orang ini kerap membuat tulisan-tulisan di blog maupun dihalaman facebook pribadi mereka. Tulisan-tulisan mereka pun kerap memancing perdebatan sengit diantara para pembaca.
Dua orang dengan indentitas Sumatera Utaranya yakni Siregar dan Ginting, seolah-olah saat ini menjadi dua simbol kubu politik yang terjadi di Indonesia saat ini. Denny dengan tulisan-tulisannya kerap melihat prestasi dari pemerintahaan yang ada, sedangkan Jonru Ginting banyak menulis sisi kelemahan pemerintah, begitu saya melihat karekter dua orang ini.
Jonru Ginting, mulai saya kenal kisaran tahun 2008 ketika mulai membuat blog dan mulai mencoba belajar menulis. Pada saat itu melalui hasil penelusuran di google ketemulah saya website sekolah menulis online yang dikelola oleh jonru. Namun tidak sampai ikut mendaftar, karena terkendala soal biaya. Meski demikian saya masih tetap membaca berbagai artikel yang ada di website itu.
Entah bagaimana,lupa persisnya, saya sudah menyukai dan mengikuti halaman facebook jonru. Pada saat itu belum terlalu memperhatikan apa saja yang ada di halaman facebook itu. Baru ketika menjelang pemilihan presiden 2014, halaman facebook itu menarik perhatian saya, pasalnya jonru banyak membahas soal politik di tanah air.
Tidak bisa dipungkiri, tulisan-tulisan jonru kadang membuat membuat emosi bagi yang tidak setuju dengan tulisannya. Meski demikian saya tetap membaca guna melihat sisi lain dari apa yang sedang hangat di bicarakan, bahkan untuk lebih cepat mengetahui tulisan-tulisan terbaru jonru saya membuat halaman itu prioritas muncul di beranda facebookku. Suasana Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pun tak luput dari tulisan jonru, berbagai tulisan mengaitkan soal agama kerap ditulis oleh jonru.
Saya yang sebelumnya tak pernah berkomentar di halaman itu akhirnya mencoba beberapa komentar, namun bukan menentang tulisan. Tapi lebih menyatakan ketidaksetujuan beberapa tulisan jonru karena mengarah ke agama yang saya anut. Belakangan saya heran, halaman jonru tidak pernah lagi muncul di berandaku. Awalnya saya pikir jonru berhenti menulis karena edaran kapolri tentang ujaran kebencian. Beberapa minggu rasa penasaran, menyatakan tidak mungkin jonru berhenti akhirnya mencoba mencari halaman itu dan ketemu, namun bedanya, saya sudah tidak bisa lagi berkomentar.
Saya sadar, teryata jonru tidak suka kalau ada komentar dengan ketidaksetujuan terhadap tulisannya, saya juga tidak tahu apakah hal itu juga dialami oleh orang lain. Jonru yang kritis teryata tidak bisa dikritisi, itulah jonru.
Berbeda dengan Denny Siregar, Blogger yang baru saya kenal tahun lalu itu, bermula dari tulisannya yang di bagikan orang lain difacebook. Tulisan-tulisan yang selalu di hiasi dengan secangkir kopi itu banyak mengupas suasana tanah air dengan ringan dan kadang humoris. Meski demikian tulisan-tulisan Denny pun kerap di perdebatkan di halaman facebooknya. Bahkan Denny pernah membuat surat terbuka buat jonru dan saya tidak mengikuti apakan jonru membalas surat itu.
Denny Siregar maupun Jonru Ginting sama-sama menulis dengan maksud dan tujuan berbeda, hanya mereka berdualah yang tahu tujuan sebenarnya untuk apa mereka menulis. Seperti saya yang saat ini menulis tentang mereka berdua memiliki tujuan yang hanya saya ketahui sendiri. Kedua penulis ini juga kerap mendapatkan pujian dari penyuka tulisan mereka maupun hujatan bagi yang tidak setuju dengan tulisan mereka.
Berbeda dengan Denny Siregar si blogger, di blog tampak iklan adsense mungkin untuk ngumpulin recehan yang sudah waktunya nanti bisa dicairkan. Sementara di web jonru tidak tampak sedikitpun iklan yang terpampang, namun di halaman facebook jonru, kerap mengajak orang untuk menyumbangkan uang untuk disalurkan nantinya kepada yang membutuhkan.
Dua orang penulis ini tentu, punya sisi kelemahan dan mungkin tidak akan pernah akur dalam menulis, pasalnya tidak ada satu pun diantara mereka yang membuat tulisan yang memperlihatkan kemesraan mereka. Meski demikian yang terbaik dari mereka adalah ke produktifisan dalam menulis sangat perlu untuk ditiru.
0 Komentar
Silakan Tinggalkan Komentar