Hari anak nasional baru saja berlalu yang cukup memberikan kesan buruk akan pemerintah dalam menangani permasalahan anak. Apalagi adanya oknum paspampres yang melakukan pemukulan terhadap seorang anak sewaktu akan bersalaman dengan Bapak Presiden SBY. Disamping itu juga batalnya pembacaan hasil kongres anak Indonesia oleh panitia tanpa alasan yang jelas memberikan sebuah tanda tanya besar bagi setiap orang.
Pagi ini minggu(25/07) sewaktu sedang istrahat sehabis jalan santai sambil mendengarkan kupon undian lucky draw dibacakan dalam rangka Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) XVII seorang anak yang kisaran berusia 10 tahun dengan berpakaian kumuh bersama ibunya sibuk mengumpulkan gelas-gelas bekas air mineral. Sementara anak seumur dia pasti sedang asik menonton TV.
Tidak ada seorang pun yang memang patut disalahkan,tetapi seorang anak yang merupakan generasi bangsa ini adalah tanggung jawab pemerintah agar anak tersebut memperoleh haknya.
Hari anak nasional juga seolah-olah hanya serimonial saja. Sebab tidak memberikan dampak yang terasa bagi anak. Apalagi saat ini melalui pendidikan yang formalitas membuat anak merasa terjajah hak-hak keintelektualitasnya, sehingga hampir semua anak di indonesia merasa tertekan dalam mengikuti proses pendidikan.
Padahal cara terbaik untuk keluar dari kemiskinan adalah dengan pendidikan. Hanya kesempatan tanpa paksaan akan mampu membangun karekter anak. Agar kelak berguna sebelum mati.
Pagi ini minggu(25/07) sewaktu sedang istrahat sehabis jalan santai sambil mendengarkan kupon undian lucky draw dibacakan dalam rangka Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) XVII seorang anak yang kisaran berusia 10 tahun dengan berpakaian kumuh bersama ibunya sibuk mengumpulkan gelas-gelas bekas air mineral. Sementara anak seumur dia pasti sedang asik menonton TV.
Tidak ada seorang pun yang memang patut disalahkan,tetapi seorang anak yang merupakan generasi bangsa ini adalah tanggung jawab pemerintah agar anak tersebut memperoleh haknya.
Hari anak nasional juga seolah-olah hanya serimonial saja. Sebab tidak memberikan dampak yang terasa bagi anak. Apalagi saat ini melalui pendidikan yang formalitas membuat anak merasa terjajah hak-hak keintelektualitasnya, sehingga hampir semua anak di indonesia merasa tertekan dalam mengikuti proses pendidikan.
Padahal cara terbaik untuk keluar dari kemiskinan adalah dengan pendidikan. Hanya kesempatan tanpa paksaan akan mampu membangun karekter anak. Agar kelak berguna sebelum mati.